Tubuh yang melemah akibat penyakit, ditambah dengan kecelakaan lalu-lintas yang dialaminya, membuat tahun 2019 menjadi tahun yang berat bagi Yulianto (31), seorang aktivis literasi di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.
Pemuda yang telah lama berjuang untuk meningkatkan minat baca di masyarakat mengaku pernah mengalami depresi karena hal tersebut.
Ia merasa seperti terbang tinggi pada tahun 2018 ketika bergabung dengan Pustaka Bergerak Indonesia dan bertemu dengan Najwa Shihab, seorang figur terkenal yang saat itu menjabat sebagai Duta Baca Indonesia.
Namun, semangatnya terhenti pada Juli 2019 ketika Yulianto didiagnosis mengidap virus yang menyerang sistem kekebalan tubuhnya, diikuti beberapa bulan kemudian oleh kecelakaan lalu-lintas yang meretakkan tulang lengannya.
Tetapi, niat baik dan tekad kuatnya memungkinkannya untuk mengatasi semua cobaan tersebut, dan Yulianto tetap setia dalam perjalanannya dalam dunia literasi.
Tekad Yulianto akhirnya membuahkan hasil manis.
Pada Oktober 2021, dia menerima penghargaan Satu Indonesia Awards tingkat Provinsi Jawa Tengah di bidang Pendidikan dari PT Astra International.
Di depan bangunan sederhana yang dicat dengan warna hijau pudar, terdapat spanduk bertuliskan "Rumah Baca Bintang".
Anak-anak sekolah dasar duduk di atas karpet yang dikelilingi oleh rak-rak yang berisi ribuan buku.
Mereka duduk mengelilingi meja, dengan antusias mendengarkan Yulianto dan temannya bernama Mumun yang membacakan buku berjudul "Aku Kuat".
Buku anak-anak tentang alat-alat konstruksi ini adalah jenis pop-up, setiap kali halaman dibuka, ilustrasi alat berat muncul dalam tiga dimensi.
Mumun adalah nama boneka tangan muppet yang digunakan Yulianto untuk mendongeng dan membacakan buku di depan anak-anak.
Selain Mumun, ada juga boneka tangan muppet bernama Nana, yang diambil dari panggilan Najwa Shihab.
Selain itu, ada puluhan boneka dan mainan karakter beragam di Rumah Baca Bintang, yang dapat dimainkan oleh semua anak yang datang dengan satu syarat: mereka harus membaca buku terlebih dahulu.
Yulianto mengungkapkan bahwa dia menyediakan boneka dan mainan tersebut agar anak-anak tidak bosan setelah membaca.
"Pada tahun lalu, saya bahkan memberikan ratusan boneka dan koleksi buku secara gratis kepada mereka. Karena pandemi Covid-19 membuat mereka tidak dapat datang untuk membaca di sini. Saya memberikan mereka buku dan boneka supaya mereka bisa belajar di rumah," kata Yulianto, yang merupakan lulusan Ilmu Perpustakaan Universitas Terbuka Purwodadi.
Yulianto dikenal dengan gerakan literasinya yang diberi nama "Boneka Pustaka Bergerak".
Dalam keterbatasannya, ia mendirikan Rumah Baca Bintang pada tahun 2011, awalnya hanya dengan menata buku-buku koleksinya agar dapat diakses oleh publik.
Pada saat itu, kondisi rumah baca belum sebaik sekarang, ia bahkan menggunakan kotak telur sebagai rak buku.
Namun, Yulianto yang merasa terpanggil untuk memajukan budaya literasi di Indonesia, terus melangkah.
"Idealnya, minat baca masyarakat Indonesia perlu ditingkatkan. Saya percaya bahwa masalahnya adalah kurangnya distribusi buku yang merata dan kurangnya pembinaan minat baca," katanya.
Dengan keyakinan tersebut, Yulianto mulai menggunakan boneka untuk mendongengkan buku cerita di depan anak-anak.
"Saya dulu bekerja sebagai pustakawan di sebuah SMP swasta. Pada awal 2018, saya berhenti dari pekerjaan tersebut dan belajar mendongeng di Sanggar Cergam Kak Kempho Semarang. Setelah itu, saya mengendarai sepeda motor matic saya, membawa buku dan boneka ke berbagai daerah di Grobogan," ceritanya.
Sejak saat itu, ia terus bercerita dan membacakan buku di sekolah-sekolah dan tempat-tempat pembelajaran agama.
Sepeda motornya sering masuk bengkel karena harus melewati medan yang sulit, termasuk banjir dan hutan.
"Waktu itu belum ada Nana dan Mumun. Saya masih menggunakan boneka biasa yang saya beri nama Kam-Kam. Penggunaan boneka membantu saya mengatasi sifat pemalu saya, dan membuat anak-anak lebih tertarik untuk membaca," jelasnya.